Tentang Motivasi Diri Dalam Menentukan Sebuah Pilihan Hidup [part 1]

Saatnya Menentukan Pilihan Hidup

Ketika dijerumuskan dalam dua pilihan yang kontroversial dan menentukan nasib di masa yang akan datang atau menentukan arah kehidupan yang akan diarungi dalam beberapa waktu ke depan, entah itu satu detik ke depan kah? atau 1 tahun ke depan kah? atau bahkan 100 tahun ke depan kah? kalau memang diberi kesempatan untuk hidup lebih dari 100 tahun, semua serba mungkin selama masih hidup di dunia ini. Harus lah keputusan atau pilihan yang kita ambil itu tidak salah pilihan, harus benar-benar membawa kebaikan di masa yang akan datang. Tentu harus dikkolaborasikan dengan keyakinan serta keteguhan kita dalam memutuskan nasib. Memang, Allah SWT. telah menentukan nasib dalam hal ini takdir seorang manusia mulai dari jodohnya, rezekinya, karirnya, kehidupannya sampai kematiannya telah ditentukan, namun dirahasiakan dengan siapanya, kapan waktunya, seberapanya. Sehingga memacu manusia untuk bisa menentukan takdirnya itu dengan apa yang ianya lakukan selama hidupnya, dengan doa yang ianya panjatkan setiap harinya. Ingat, takdir itu dapat diubah dengan doa. Dan Allah sesuai dengan praduga  hamba-Nya. Penting banget bagi kita untuk senantiasa selalu berpikir, berprasangka dengan positif. Hilangkan, shift + delete semua prasangka, pikiran negatif dalam otak dan diri kita. Sesungguhnya dari otak lah yang akan menginstruksikan seluruh anggota tubuh kita untuk melakukan apa yang dipikirkannya, apa yang ada dibenaknya. Think Positive!!!

Itu lah modal awal dalam menjalani hidup yang serba sembrawut ini dengan dimulai dari yang serba positif, jauhkan negatif serta diimbuhi dengan keyakinan yang seyakin-yakinnya terhadap Allah dan kemampuan diri kita sendiri. Ingat, Positif dan Yakin!!!

Kembali ke masalah menentukan arah kehidupan. Izinkan saya bercerita kisah tentang seseorang, sebutlah nama seseorang itu Dandi, sampai tulisan ini dibuat dia masih berkutat dengan menemukan jati dirinya yang sebenarnya. Terlahir dari keluarga pedagang, mulai dari kakeknya yang konon katanya pernah menjadi orang terkaya di daerahnya dan di masanya. Dan ayahnya seorang pedagang yang mewarisi jiwa dagang dari sang kakek, namun ayah Dandi tidak pernah bersua dengan sang ayah, ia ditinggalkan sang ayah (kakek Dandi) ketika masih usia 1 tahun, sang Ayah meninggal dunia di Madinah setelah menjalankan ibadah haji. Singkat cerita Dandi kecil selalu ikut ayahnya dalam berdagang, ia ikut ayahnya dalam menjajakan minyak tanah dari satu warung ke warung lain, jangan salah lho bukan pake grobak yang menggelegar "MiiNyaaak" atau "...Nyaaaak..." tapi sudah pake mobil tanki, satu tanki berisi 5000 liter minyak. Dan memang kala itu minyak tanah menjadi primadona sebelum akhirnya harus tergusur oleh adanya kebijakan konversi gas. Otomatis omzet menurun dengan drastis dan dramatis. Kembali, si Dandi sangat memperhatikan apa yang ayahnya lakukan selama berdagang dan ia bangga dengan ayahnya yang sebagai pedagang bisa memenuhi kebutuhan keluarga terdiri dari 1 istri dan 7 anak. Ya, hanya mengandalkan dari jualan minyak tanah sehingga bisa menyekolahkan Dandi sampai perguruan tinggi. Namun, kekurang beruntungan menimpa keluarganya. Bisnis ayahnya mengalami kemunduran, selain karena konversi minyak tanah ke gas, namun ada faktor lain yang membuat modal serta omzet terkuras sampai nyaris habis. Faktor itu datang dari saingan bisnis ayah Dandi yang tidak bisa menyaingi ayah Dandi jika harus berkompetisi secara sehat. Berbagai fitnah di arahkan ke ayahnya, mulai dari tukang nimbun sampai pengoplos lah, dll. Dan itu semua tidak terbukti, karena si kompetitor menghalalkan segara cara, singkat cerita usaha ayahnya benar-benar hampir bangkrut gara-gara isyu dan fitnah...

Maaf pemirsa ceritanya saya lanjutkan nanti ya...berhubung ada hal yang mendesak yang harus saya kerjakan saat ini juga. Maaf seribu maaf. Insya Allah saya lanjutkan di bagian kedua ya..

.....Bersambung.........