ImagicBlueprint.Com

01/02/10

Wow, Suara Bisa Untuk Terapi Penyembuhan!


BUKAN hanya musik yang dapat digunakan untuk penyembuhan. Suara pun diyakini mempunyai keampuhan sebagai sarana relaksasi sekaligus mengatasi berbagai penyakit.

Penggunaan suara sebagai terapi penyembuhan, sebenarnya sudah dilakukan ribuan tahun lampau. Kini, banyak orang memberi perhatian lebih terhadap terapi ini. Sebut saja Jonathan Goldman, Direktur Sound Healers Association, yang merupakan praktisi di bidang ini. Keterlibatan Jonathan dalam terapi dengan suara ini bermula dari keinginannya menciptakan musik yang membuat orang merasa lebih baik.

Dia mengatakan, sound healing sebagai cabang dari terapi penyembuhan atau kekuatan energi. Terapi ini berangkat dari keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada di semesta alam ini, terdiri atas atom-atom atau elektron yang saling bergerak. Karena pergerakan tersebut, terjadilah getaran yang kemudian menimbulkan suara. Jadi, seluruh benda menciptakan suara tersendiri, termasuk sofa yang kita duduki ataupun tubuh meski kelihatannya padat. Segala yang bergerak pastilah mempunyai frekuensi.

”Seluruh organ, tulang, jaringan, dan sistem tubuh menimbulkan bunyi. Jika kita dalam keadaan sehat, maka tubuh bagaikan sebuah orkestra yang sedang memainkan simfoni indah,”  ujar pria yang juga menjabat sebagai Presiden Spirit Music sekaligus memproduksi musik meditasi dan relaksasi ini seperti dikutip dari healingsounds.com. Sebaliknya, Jonathan menyebutkan, jika tubuh dalam kondisi tidak fit, maka ”suara” di dalam tubuh pun menjadi tidak harmonis.

Nah, dasar pemikiran sound healing ini adalah bagaimana dapat mengembalikan getaran harmonis di dalam tubuh lewat frekuensi yang tepat. Di Indonesia, salah seorang yang pertama kali mengenalkan terapi ini adalah komposer Diddi Agephe.

Menurut Diddi, saat ini dirinya merupakan satu-satunya sound healer di Indonesia. Dia menjelaskan, sound healing

Adapun healing sound dikerjakan seorang musisi atau terapis. Bisa saja musisi yang ingin memasukkan penyembuhan dalam prosesnya, atau terapis yang ingin bekerja dengan musik dalam kegiatannya. Terapi ini merupakan penyembuhan dengan memperdengarkan frekuensi tertentu yang akan menimbulkan efek bagi tubuh. Kegunaan terapi ini adalah untuk menetralisir frekuensi yang ada di tubuh dengan bantuan frekuensi dari luar tubuh.

Sound healing yang dilakukan Diddi lebih berfokus untuk menyembuhkan penyakit kejiwaan yang dialami seseorang. Keluhan yang biasa dialami pasiennya seperti susah menemukan jati diri, masalah karier, hubungan kerja dengan atasan, hubungan dengan pasangan, ataupun merasa tidak puas dengan keadaan yang dialami.

Meski demikian, Diddi mengatakan, sebenarnya khasiat sound healing tidak hanya sebatas mengobati penyakit psikologi. Namun terapi ini pun diklaim mampu menyembuhkan penyakit seperti TBC ataupun kanker. ”Bisa juga untuk menguruskan ataupun menggemukkan tubuh,” papar pria jebolan Institut Kesenian Jakarta Jurusan Komposisi Musik ini.

Penulis buku The Power of Sound ini menuturkan, dalam memberikan terapi kepada pasiennya, dia membaca terlebih dahulu karakter mereka. Sebab, perbedaan karakter dan keluhan yang dihadapi, menuntut perbedaan jenis musik. ”Tidak bisa menggunakan musik yang sama bagi semua orang, musiknya sendiri saya yang membuat seluruhnya,” ujarnya.

Bagi pasien yang datang kepadanya, dia selalu meminta mereka untuk melepaskan pikiran dan menenangkan jiwa, serta menerima simultan yang masuk pada dirinya. Terapi ini sangat membutuhkan kerja sama pasien dengan terapis. ”Pasien hendaknya open system dan open heart,” imbuh dia.

Dalam terapi, Diddi kerap menggunakan peralatan untuk memaksimalkan proses terapi. Di antaranya dengan bantuan jarum akupunktur, mangkuk tibet, video healing, sampai masker. Masker dan jarum akupunktur utamanya diterapkan pada pasien yang ingin mengangkat kecantikan dalam diri.

Lain pula dengan Jonathan. Dalam menyembuhkan pasien yang menderita sakit kepala misalnya, Jonathan menggunakan garpu tala. Dia meminta pasien untuk duduk tegak dan merilekskan pikiran.

Lalu garpu tala diletakkan di kedua sisi kepala pasien. Dalam proses ini, terapis sekaligus menaruh energi pada garpu tala tersebut untuk mendapatkan efek keseimbangan dan membuat tubuh menjadi lebih baik. Dia juga menggunakan mangkuk tibet maupun lonceng.

Pengobatan holistik meyakini bahwa kehadiran penyakit dapat menghambat energi dan jika tubuh dapat membuat energi tersebut mengalir, maka energi pun tidak lagi terhambat dan dapat tersalurkan ke seluruh tubuh. Penyakit pun berangsur hilang. Sakit kepala misalnya, kerap kali gangguan ini menghambat penyaluran energi di kepala. Penggunaan garpu tala dapat mengalirkan kembali energi ini, dan suara-suara dalam tubuh pun mulai bergerak harmonis kembali dan memindahkan energi serta melenyapkan keluhan.

Terapi ini sedikitnya dilakukan dalam kurun waktu 1,5 sampai 3 jam. Setelah perawatan, Diddi menyarankan pasien untuk tetap menjaga pikiran dan perasaan dalam kondisi apa pun.
berbeda dengan terapi musik. Musik terapi yang biasanya menggunakan lagu-lagu rohani ini biasa diperdengarkan di rumah sakit dan digunakan untuk menghilangkan rasa sakit, serta mempercepat masa pemulihan. Musik digunakan dalam proses penyembuhan, tetapi dengan cara yang lebih konvensional.
Dikutup dari www.okezone.com 
Bookmark and Share

0 comments:

Posting Komentar

Temukan Blueprint Rahasia untuk Meraih Ribuan Dollar melalui Affiliate Marketing